Wednesday, May 15, 2013

[Cinta Itu Ibadah] Memasakkan suami pun ibadah

Teman-teman blogger yang baik hati,

Aku coba postingan sebuah kebahagiaan yang akhir-akhir aku rasakan.
Dimulai dari mendengar tausiyah subuh, yang ditayangkan oleh MNCTV tanggal 11 Mei 2013. Kala itu kalau tidak salah acaranya Ustd. Arifin.

Salah seorang ustad tamu dalam acara itu (maaf lupa mencatat namanya), menguraikan hal menarik.
  • "Pernikahan dalam Islam itu bermakna menyempurnakan setengah agama. Jadi, kalau agama kita ingin sempurna, menikahlah. Setengahnya lagi, tinggal bertakwa kepada Allah swt. Dengan dua hal itu, Allah swt menjanjikan surga bagi kita. Insha Allah."
  • "Senyuman istri pada suami adalah IBADAH. Begitu pun dari suami kepada istri."
  • "Makanan yang dibuat istri karena lillahi ta'ala akan menyerap amalan ibadah suaminya seharian."
  • "Jika istri mencium tangan suami, maka berguguranlah dosa-dosa suami seharian. Masya Allah."
  • "Suami wajib memberi istrinya pakaian yang baik, pangan yang cukup dan merumahkannya"
  • "Jangan satukan: istrimu dan ibumu, istrimu dan kakak/adik perempuanmu, dan para istri-istrimu."
  • "Jika suami dan istri saleh/ha di dunia maka Allah swt akan mempertemukannya di surga. Di surga, para wanita dimudakan usianya menjadi 17 tahun dan perawan sepanjang masa. Sedangkan para suami menjadi 32 tahun dan kekar sepanjang masa."
Nah, teman-temanku betapa bermaknanya setiap kegiatan kita sebagai suami istri. Jangan malas untuk tersenyum dan memeluk suami yang pulang dari kantor.

Oya, satu hal lagi yang menjadi penyemangatku sekarang adalah MEMASAKKAN SUAMI.

Photo: Buat kepentingan menulis

Kalau kita para istri tidak paham bahwa memasakkan suami itu adalah ibadah, pasti masaknya sambil manyun ya. Belum lagi kalau si suami nggak pernah atau jarang banget ngasih pujian. Minimal, hari ini sayur sawimu ada rasanya ya Dek...hehehe.

Tetapi, sejak aku mendengar tausiyah itu, makin semangat deh di dapur. Kan senang kialau semua yang kita lakukan di dapur akan dinilai malaikat sebagai proses memperoleh nilai ibadah dari Allah swt. Bukan sekedar rasa kesal, sebal, malas, ketika memikirkan "mau masak apa ya hari ini?"

Tadi pagi dalam mobil, suamiku cerita hal yang membahagiakan. Dia bilang, bahwa hasil tes kesehatannya banyak mengalami perbaikan. Kolestrol nol, gula darah bagus, cuma ada asam urat tapi itu pun dikiiit. Teman-teman koleganya sampai bilang,"kok kamu bisa jadi gitu sih?" Soalnya, teman-temannya yang terlihat kurus sekali pun nilai kolestrol atau asam uratnya tinggi sekali.

Terus suamiku bilang, "Jadi teringat masakanmu, Dek. Kan kamu itu jarang sekali ngasih rasa garam yang kuat. Beda rasanya kalau kita makan di restoran."

Kata-kata "kurang garam" itu sama sekali tidak berasa menyindir, tapi malah dia bangga. Gara-gara itu kesehatannya membaik. Subhanallah, Allah itu. Tidak hanya nilai ibadah yang akan diberikannya kepada masakan seorang istri, tetapi juga nilai kesehatan.

Setelah mendengar kata-kata suami yang berselimut kebanggan padaku, jadi makin semangat deh hariku.

"Mulai sekarang kita jangan makan diluar rumah ya, kang. Nilai ibadah kita akan berkurang. Aku yang memasak dan akang yang makan jadi nggak bisa saling berinvestasi nilai ibadah," usulku.

Suamiku tertawa. "Benar juga ya."

Terus aku ralat,"Ya...mudah-mudahan kuat nggak jajan di luaran. Atau kalau pun pengen outdoor, tetap aku yang usahakan memasaknya."

Teman-temanku blogger, inilah kebahagiaan yang aku ingin tularkan kepada kalian.
Jadi:
1. Buru-buru mencium tangan suami, ketika menerima kedatangannya. kalau perlu rebutan ama anak-anak kalian.
2. Masak yang enak. Siapin olahan yang sarat cinta dan ibadah.
3. Tersenyumlah yang ikhlas kepada suami tercinta. Rasakan sinyal-sinyal cinta yang terpancar dari mata suami tercinta.

SELAMAT MERENOVASI IBADAH & CINTA BERUMAH TANGGA YA。

Oya tambahan cerita dari suami:
Bahwa, baru-baru ini dia dapat cerita dari seniornya. bahwa, anak sulung si senior yang usianya tak lebih dari 25 tahunan divonis berpenyakit aneh. Banyak organ tubuh si anak sudah tak berfungsi baik. Secara fisik si anak masih terlihat muda, tetapi menurut dokter, usia organ dalamnya sudah seperti aki-aki 70 tahunan.

Si anak kini selalu hidup dari rumah sakit ke rumah sakit. Bapaknya, merasa menyesal karena 'kecolongan' perkara anak sulungnya itu. Si anak seorang musisi, kabarnya sering pulang malam dan makan tak tentu jamnya. Belum lagi entah apa yang dimakan si anak di luaran, ortunya tidak tahu. Seandainya rajin makan di rumah, setidaknya sang Bunda akan memasakkan.

Selain itu, aku pernah dengar berita bahwa banyak perselingkuhan terjadi lantaran para suami tidak dimasakkan oleh para istri. Ini benar atau tidak, wallahu alam. Tapi, coba deh jadi para suami yang pulang dari kantor cuma diletakkan lauk pauk tak sedap, cuma teri kegosongan atau jengki yang entah apa rasanya. Jadinya para suami, memilih makan di luar.

Pelajaran penting yang wajib kita renungkan.

Tuesday, May 14, 2013

[Resensi Cernak] CHIKO, KELINCI YANG MURUNG - Watiek Ideao

Forum Penulis Bacaan Anak  http://www.forumpba.blogspot.com/




Judul     : (Seri Petualangan Lily dan Pino)
                 CHIKO, KELINCI YANG MURUNG

Penulis  : Watiek Ideao
Ilustrasi : Vianna Valentina
Penerbit: ANDI, Yogyakarta, 2012

Hal        : 27

Judul Resensi:  CHIKO SI PEMURUNG YANG PEMBERANI
                          Peresensi: Ellnovianty Nine (FB: Novi Mudhakir)

Lily (gadis kecil)  dan Pino (panda imut) sedang berjalan-jalan di dalam hutan. Tiba-tiba mendengar suara tangis. Oh, ternyata seekor kelinci berwarna kuning kusam. Lily dan Pino menyapanya dan menanyakan mengapa dia menangis. Chiko, demikian nama kelinci itu berkata bahwa dia tidak percaya diri. Warna kulitnya jelek, berbeda dengan dua saudaranya Chika dan Cici berbulu putih bersih.

Ketika sedang mencurahkan perasaannya, tiba-tiba Cici, adik Chiko terjebur ke dalam sungai. Anak-anak kelinci lain yang tadinya asyik bermain dengan Cici, tidak berani ambil resiko terjun ke dalam sungai. Ternyata Chiko malah langsung terjun dengan sigap.

Keberanian Chiko menyelamatkan adiknya, disyukuri oleh sang Ibu. Ibunya juga memuji bahwa Chiko ternyata kelinci yang pandai berenang. Chika, kakaknya diam-diam kagum padanya yang juga jago melompat.

Lily dan Pino kagum pada Chiko. Ternyata dibalik kekurangannya itu dia adalah kelinci yang hebat! Jadi jangan pernah malu dengan kekurangan diri kita ya, karena pasti Allah swt juga memberi kelebihan pada kita.

  • Kelebihan Watiek Ideao,
Seperti biasanya Sang Penulis, mampu merangkai  kalimat-kalimat yang efektif.  Seperti halnya pada buku ini, kalimat tidak bertele-tele, tapi mampu menggulirkan suasana sedih, tegang dan diakhiri senang. Pembaca akan larut dengan suasana yang muncul di dalam cerita.

Kalimat narasi pun tidak banyak dalam setiap halaman. Hal ini memudahkan para orangtua mendongeng hingga tidak perlu kelelahan membaca. Bagi anak-anak usia balita, tokoh Chiko mampu merebut hati mereka
  • Kelebihan Ilustrasi Vianna Valentina, 
Pemilihan warna meriah dan memberi semangat bagi pembaca. Ekspresi wajah para tokoh ketika senang, sedih dan takut, tergambar dengan baik.

Ukuran buku yang agak besar pun memuaskan pembaca memahami cerita lewat gambar.
  • Penilaian terhadap buku ini secara umum
  • Membawa misi yang bagus, agar pembaca cilik tidak perlu malu dengan kekurangan diri mereka.
  • Karakter Chiko sangat kuat dan terangkat dengan baik dalam penceritaan.
  • Tema cerita yang diusung, sebenarnya tidak baru. Seperti halnya cerita yang melegenda, The Ugly Duckling. Yang bercerita tentang seekor angsa yang merasa dirinya buruk rupa, namun musim berganti dia pun tumbuh jadi angsa yang putih dan cantik.
  • Pada cerita Watiek ini, membawa kejutan yang tidak disangka pembaca. Bahwa, bukan tubuh Chiko yang berubah warna jadi putih, bersih dan cantik, melainkan sifatnya yang pemberani dimunculkan. Inilah ending yang menjadikan alur menarik, tidak tertebak dan diluar dugaan.
Ketiga buah hati kami memberi nilai 9 BINTANG. Buku ini masuk daftar ‘Bacaan Favorit Keluarga Pekan Ini’ .

HAPPY READING BUAT SEMUA KELUARGA

Monday, May 06, 2013

TIPS MENULIS DARI TERE LIYE

Yuk, kita lanjut cerita tentang tips menulis dari Bang Tere Liye.

Audiens: "Bang, kalau mau menulis, gimana sih caranya?"

Tere Liye: " Ya NULIS!"

Audiens: Grrrrr....

Tere Liye: "Sama jawabannya kalau kita nanya ke koki, gimana caranya masak ini? Pasti dijawab, ambil bawangnya, potong-potong, lalu masukkan minyak dan seterusnya. Jadi, kalau mau pintar menulis, ya MULAILAH MENULIS. Seribu kali pun kalian baca bismillah sambil melototin komputer, pasti nggak akan muncul sepotong kata pun di komputer. COBAIN deh!"

Audiens: Grrrrr......

Itulah sekelumit perbincangan Tere Liye, penulis banyak novel best seller dengan para mahasiswa dan masyarakat umum pada tanggal 4 Mei 2013 di Kampus Un(iversitas)Is(lam)Ba(ndung).

Kata Bang Tere Liye, ada beberapa tips dalam menulis. 
1. SUDUT PANDANG YANG SPESIAL.

Boleh menulis tentang apa saja, asal sudut pandang kita spesial. Misalnya mau menulis tentang jalur-jalur angkot. Mungkin menurut orang lain itu persoalan sepele, tapi kalau menurut kita itu hal spesial, MAKA AKAN JADI SPESIALLAH TULISAN KITA ITU.

2. AMUNISI MENULIS

Ketika menulis sesuatu, maka persiapkan dulu riset untuk mengenali lebih banyak tentang hal tersebut. Tulisan tidak akan bernas kalau amunisi di kepala kita, sedikit. Riset dibutuhkan, sekali pun ketika menulis cerita pendek. Lengkapi riset tersebut dengan hal-hal menarik. Masukkan unsur-unsur yang menggelitik.

Mengamati, memperhatikan, bertanya hal-hal kecil kepada orang yang kita temui, atau tempat yang kita kunjungi juga hal penting. 

Tere Liye: "Pernahkah kalian berpikir untuk bertanya pada pelayan Indomaret? Misalnya tentang apa barang yang paling best-seller di toko ini?"

Tere Liye: "Atau pernahkah kalian iseng bertanya kepada tukang angkot. Apakah ada artis yang pernah naik angkotnya?"

Dari semua kejadian itu, kita sudah melakukan sebuah riset. Hal-hal itulah yang bisa memperkaya tulisan kita.

Semua orang bisa menulis, tapi apakah tulisan itu akan jadi spesial? Inilah yang membedakannya.

Jangan berasalan tidak tahu mau menulis apa. Taklukkan kelemahan itu dengan banyak-banyak mengisi amunisi kita. 

Jangan tertele-tele dengan memainkan koma. Orang yang terlatih bicara, akan lancar bicara. Beda yang dengan orang yang tidak, maka dia akan bicara ...ng...ng..ng.

3. LATIHAN MENULIS

Banyak orang yang bingung, endingnya bagaimana? Hal itu sangat wajar. Bahkan seorang Tere Liye sekali pun sering kehabisan ide ketika menulis. Biasanya Tere Liye menutup novel yang kehabisan ide itu dengan kalimat gantung dan kata 'TAMAT'. Hasil itu tetap dikirim ke penerbit, ternyata malah benar-benar terbit. Bahkan novel-novelnya mulai difilmkan (sudah 2 yang launching dan satu lagi yang akan segera launching di bioskop)

Menurutnya tidak ada tulisan yang baik atau buruk. Tere Liye mencontohkan surat penolakan dari redaksi sebuah koran terhadap tulisan-tulisan yang pernah dikirimnya. Seperti berikut:




Dari sekian banyak penolakan, redaksi tak pernah membuat alasan bahwa sebuah tulisan itu jelek. 

Jika seseorang terus berpikiran negatif terhadap tulisannya, maka dia tidak akan pernah MENJADI PENULIS YANG BAIK. 

Menulis itu harus dilatih. Novelis sekaliber Andrea Hirata sekali pun, tidaklah sempurna. Menurut Tere Liye, temannya sampai sekarang tidak mengerti apa yang ditulis Andrea. Novel tentang apa sih, ini? Begitu katanya. 


4. ALA karena BIASA.

Tere Liye sangat menyukai masakan Ibunya. Dia pernah bertanya kepada Ibunya cara memasak masakan kegemarannya itu. Apa jawab Ibunya? 

"Sudah dimakan saja. Kok nanya-nanya."

Namun dia memang mencintai masakan Ibunya itu. Dia tanya lagi. Jawabannya Ibunya berubah begini:

"Ya, tinggal dimasukkan ke wajan."

Kemudian, Tere Liye tanya lagi. Ibunya merasa heran tapi akhirnya menjelaskan urutan-urutan memasaknya.

Filosofinya, seorang ibu rumah tangga yang pintar memasak sekali pun, tetap memerlukan latihan di dalam hidupnya. 

Bulan pertama, pasti akan memasak sambil melihat resep. Satu tahun pertama, sudah mulai hapal. Satu tahun lebih beberapa bulan, maka si ibu rumah tangga itu sudah tahu cara memasak yang baik. Bahkan, dia sudah bisa berbagi tips memasak dengan orang lain.

Dalam menulis pun SAMA. Ada relevansinya. 

Setiap orang mungkin berhasil menulis. Tapi yang jarang diketahui adalah, bagaimana sepak terjang penulis itu. Tere Liye mengumpamakan dirinya sendiri. Ketika pertama kali menulis artikel dan dikirim ke Koran Kompas, dua puluh kali ia memperoleh penolakan dengan berbagai catatan dari redaksi. Tetapi, ketika tulisannya nongol di koran itu dan tak sengaja bersanding dengan tulisannya Bapak Emil Salim (waktu itu), banyak senior Tere Liye yang kagum padanya. Padahal, para senior tidak tahu seberapa pahitnya berpuluh penolakan tadi. 

Begitu juga ketika Tere Liye mengirim naskah novel religiusnya yang berjudul 'Hapalan Salat Delisa' ke dua redaksi besar. Salah satunya Mizan. Namun ditolak. Begitu pun dengan penerbit raksasa Gramedia. Akhirnya, dia mencoba mengirim ke penerbit Republika. Ternyata gayung bersambut.

Kini Tere Liye bekerja sama dengan penerbit Republika untuk naskah religiusnya, dan non-religius dipercayakan kepada Gramedia.

****
Tanya-Jawab

1. Mengapa Bang TL mengatakan tidak ada tulisan yang buruk atau yang baik? Lalu kenapa tulisan ditolak? Bagaimana dengan sebuah lomba menulis?

TL: 

Terhadap sebuah tulisan, jika editornya berbaik hati, maka mereka akan mengirimkan alasan penolakan seperti ini.
1.1. Struktur naskah kacau balau, 
1.2. Tulisan biasa saja,
1.3. Tidak relevan dengan koran/majalah tersebut,
1.4. Tulisan bagus tapi cara penyampaian, dsb.

Dalam sebuah lomba, perlu ditentukan pemenang. Oleh karena itu, juri biasanya akan kembali ke kriteria yang sudah mereka tentukan sebelumnya.

Suatu kali di sebuah workshop, saya (TL) mendapat pertanyaan serius dari seorang guru. Dia bertanya, "kalau semua tulisan tidak ada yang buruk, bagaimana saya akan memberi ponten (nilai)? Masa' harus diberi nilai delapan semua?"

TL bilang, "Ya tidak apa-apa Bapak memberi nilai delapan semua. Justru akan memotivasi anak. Toh bukan sebuah lomba, namun meningkatkan keinginan mereka menulis. Bukankah pada level anak-anak SD hal itu jauh lebih penting?"

2. Kalau sedang menulis, tiba-tiba alur cerita jadi ngaco. Kemana-mana. Bagaimana mengatasinya?

TL:
Gampang sekali. Coba cek lagi, sebenarnya kamu mau menulis tentang apa? Kalau tema kamu adalah 'curhat', ya sah-sah saja kalau isinya jadi kemana-mana. Bahkan jadi ngaco sekali pun. Tapi kalau niatnya menulis tesis atau skripsi, ya harus ada rangkanya dong. 

Orang yang terbiasa menulis, sudah tak memerlukan rangka khusus. Di kepalanya sudah ada awal, tengah dan ending cerita. Bagi yang belum terbiasa, tak menjadi masalah kalau rangka cerita dibuat dan ditempel di depan komputer. Jadi pas mengetik keliatan mau kemana cerita itu akan dibawa.

Lain lagi ketika cerita kita masuk ke penerbit. Kita akan bertemu dengan editor. Bisa jadi menurut editor naskah kita harus di'luruskan'. Padahal menurut kita, naskah kita nggak ngaco. Jika demikian, jangan jadi bete lantaran editor meminta naskah kita diluruskan. Berikan saja kepada mereka. Tanyakan pendapat mereka. Belajar dari mereka. 

Kebanyakan dari penulis muda itu GALAU.

Naskah ditolak sekali aja GALAU.
Lalu ngambek dan diterbikan INDIE.
Kayaknya, GALAU banget kalau naskahnya yang baru sebiji nggak muncul ke permukaan publik.
Please deh...

Tere Liye sendiri tidak pernah ikut campur ketika tiga novelnya difilmkan. Dia serahkan sepenuhnya kepada produser. Karena dia tak pernah mau menghabiskan waktu berdebat dengan produser.

3. Bagaimana menulis tentang ekonomi, politik, sosial budaya ke dalam novel kita? Mungkinkah pembaca akan tertarik?

TL:
Kalian pasti tahu ya novel DA VINCI CODE. Atau katakanlah karya ANDREA HIRATA.

Menulis fiksi akan makin menarik jika dibumbui dengan hal-hal berbau ekonomi, sosial dan lain-lain. Penulis bisa memasukkan unsur 'logic' ke dalamnya dan pembaca akan larut. 

Tere Liye sendiri tidak paham soal hal-hal yang tertulis di novel DA VINCI CODE. Tapi dia jadi penasaran untuk terus membacanya hingga selesai. 

Pernah suatu kali, pada kegiatan workshop buku-bukunya juga, seorang anak berusia 8 tahun datang membawa novelnya. Judulnya NEGERI PARA BEDEBAH! Novel tentang dunia korupsi.

Tere Liye heran dan bertanya pada anak itu.

"Kamu membaca ini, Nak?"

"Iya, Bang."

"Kamu mengerti isi novel ini?"

"Tidak! Tapi aku suka ada kejar-kejarannya."

Itulah pembaca. Biarkan pembaca yang menilai buku kita.

4. Apa itu orisinalitas sebuah tulisan?

TL:

Kita ambil perbandingan ya. Kalian kenal POCHAHONTAS? Lalu, cerita AVATAR? 

Keduanya memasukkan unsur ada sebuah tokoh yang datang ke sebuah tempat. Di situ bertemu dengan seorang gadis. Lalu jatuh cinta. Tetapi timbul konflik dsb.

Keduanya orisinal, meski pun bercerita mirip. Tak sedikit orang menulis novel yang isinya nyaris sama, padahal keduanya tak saling mengenal. Maka, masalah orisinalitas hanya kita (penulis) yang tahu. Atau ada pembaca yang bisa mengenali apakah tulisan kita itu orisinal atau plagiat, lantaran dia pernah membaca cerita yang sama sebelumnya. 

5. Sering ikut-ikutan gaya penulisan orang lain, bagaimana mengantisipasinya?

TL:
Sering-sering membaca, mendengar atau memahami pendapat orang lain. Jangan cuma menelan kalimat yang kita baca bulat-bulat. Lakukan riset dan perbandingan pendapat. 

6. Bahasa yang dipakai sebaiknya yang pendek-pendek atau yang panjang-panjang?

TL:
Dikembalikan pada selera kita. Saran saya, belajarlah menulis yang efektif. Seperti menulis di twitter. Singkat tapi memuat makna yang dalam. Tapi, kalau mau menulis kalimat yang panjang, minimal 8-12 kata ya.

Nasihat terakhir dari Tere Liye:
TULIS...TULIS dan TULIS.


Demikianlah uraian yang cukup panjang dari yang bisa aku rangkum.
SEMOGA bermanfaat dan jangan lupa tinggalkan pesan di sudut comments ya.

Salam persahabatan selalu dari Bandung
Novi

Di sebelahku? Ya siapa lagi kalau bukan BANG TERE LIYE yang pemalu dan religius


[Kepenulisan] TERE LIYE di Kampus Unisba

Tanggal 4 Mei, 2013, adalah hari penting buatku. Hari itu ada kesempatan mengikuti workshop kepenulisan dari seorang Penulis yang telah membetot perhatianku. Kalian kenal TERE LIYE, kah? Kalau kusebutkan judul novel HAPALAN SALAT DELISA, kalian ngeh tidak ya? Mudah-mudahan pada tahu. Atau setidaknya pernah nonton film dengan judul yang sama. Tentang perjuangan hidup anak Aceh yang kena badai Tsunami. Dia kehilangan kakinya sebelah yang harus diamputasi. Tetapi yang menggenaskan, dia kehilangan Ibu dan tiga kakaknya tercinta. Untung masih bertemu dengan Ayahnya yang pelaut. 

Nah, yang berhasil memikat pembaca mau pun penonton lewat karya tulisnya adalah Tere Liye. Tere Liye itu nama penanya. Kalau ngubek-ngubek facebook, pernah ketemu nama FB Darwis Tere Liye. Silahkan di follow ya. 

Aku sempat telat sepuluh menit, dan bergabung dengan banyak mahasiswa yang sudah memenuhi ruangan. Nggak apa-apa deh, meski pun sudah berbuntut tiga, toh nggak keliatan ini. hihihihi...berasa masih ngora wae.

Masih mengenai nama pena, banyak orang salah sangka. Bang Tere Liye berkata pada audiens,"siapa yang manggil saya mbak di facebook." Grrr...sontak isi aula tertawa lepas.

Aku tampilkan dulu ya foto-fotonya. Pada postingan kedua, baru isi penjelasan yang Bang Tere Liye berhasil aku rangkum dalam notes BB-ku.

Bang Tere Liye sangat low profile. Kalau melihat dari uraiannya, beliau juga seorang dosen, dan lulusan Fakultas Ekonomi UI. Makanya tak heran, penuturannya begitu lancar, menunjukkan bahwa amunisi di kepalanya sangat lengkap dan padat. Kapan pun siap dimuntahkan. Penampilannya sangat sederhana, tengok saja pakai jeans, kaos oblong putih berpadu sweater warna abu-abu tipis dan topi rajutan warna senada.

Sepanjang dua jam lebih beliau bertutur, tak semenit pun kalimat mubazir keluar dari bibirnya. Sesekali ditimpali guyonan yang tak mesti dibuat-buat seperti pelawak, dan itu cukup buat para mahasiswa (dan aku) terpingkal-pingkal. 

Cara beliau menjelaskan pun runut, dan tepat sasaran. 




Ini Dia, Penulis Novel Favorit Saya Bang TERE LIYE
Animo mahasiswa/umum yang membludak di Unisba
Segitu udah berbusa-busa bicara, ada aja yang masih pengen nanya
Bang Tere Liye yang sangat low profile, sampai berfoto pun tidak mau...accaaah
,,

Sunday, May 05, 2013

Jajanan Pinggir Jalan, Kelebihan dan Masalah-Masalahnya




Photo: Survei-1
Salah satu warung PKL yang sedang didatangi pembeli
Ketika kaki sedang melangkah di tengah terik matahari, yang terpikir adalah minuman segar dan dingin. Lalu tempat mendinginkan badan, ya ke penjual kaki lima. Di setiap sudut jalan, selalu ada PKl dengan variasi menu jualan. Ada makanan utama, seperti satu paket nasi uduk , nasi pecel dan nasi liwet. Buat yang isi kantongnya pas-pasan tapi ingin hang-out bersama teman-teman, memesan seporsi es campur sudah tercukupi. Sudah bisa ngobrol sepuasnya. Dan uang di kantor, paling-paling berkurang lima ribu rupiah. Tetapi coba minum teh botol di family restoran, atau kafe-kafe di mall, sudah pasti uang tujuh ribu atau lebih akan terkuras. 

Keberadaan penjual kaki lima di Indonesia sudah tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan penduduknya sehari-hari. Baik yang berdagang mau pun pembeli. Buat pedagang, berjualan di tempat terbatas dengan modal gerobak dan keinginan berjualan, sudah bisa berjualan. Sebaliknya buat pembeli, keberadaan PKL sangat membantu. Dengan variasi makanan yang banyak, harga yang jelas ekonomis, dan pembeli bisa pilih mana dan mau berapa banyak porsinya. Kelebihan PKL adalah menjual menjual makanan rumahan yang sudah akrab di lidah kita. Tetapi, apakah kita tahu mereka punya segudang masalah. 

Siang ini saya menyempatkan main ke salah satu pondok PKL yang ada di Jl. Tamansari, Bandung. Sejak remaja hingga sudah berputra tiga, setahu saya di sana bentuk bangunan PKL hanyalah gerobak-gerobak. Beberapa sudah bikin pondok-pondok dengan atap seng. Namun, beberapa bulan lalu saya kaget dengan perubahan yang tiba-tiba terjadi. Di tempat biasa sedang terjadi pembongkaran pondok-pondok semi permanen. Pemandangan pembongkaran itu hampir tiap hari masuk ke pelupuk mata saya. Saya hanya bisa melihat dari kejauhan. Selain itu, tampak sebuah tenda parasut berukuran besar didirikan di taman kecil di sudut jalan. Taman itu menghadap persis ke deretan PKL. Yang membuat hati saya terguncang, adalah tulisan ‘kami akan tetap di sini sampai ada solusi!’. Waah, masalah besar ini pikir saya. 

Selang beberapa minggu kemudian, sudut jalan yang lama sudah bersolek. Kini muncul bentuk-bentuk bangunan yang sangat tradisional. Terbuat dari bambu-bambu. Dindingnya bercorak anyaman bambu. 

 Teh Neng (bukan nama asli), pemilik warung nasi yang melayaniku mau meladeni pertanyaan-pertanyaan saya. 

“Alhamdulillah, bentuknya jadi bagus ya, Teh?” 

 “Ya gitulah, Bu,” jawabnya. 

Lalu saya ceritakan bahwa saya terkejut waktu lapak-lapak di sekitar ini dibongkar. 

“Saya juga, Bu. Udah gelap aja. Mau makan apa besok. Tapi, besoknya sudah dibangun lagi. Alhamdulillah,” katanya. 

“Ini punya Teh Neng?” tanya saya makin penasaran. 

“Bukan punya Bapak,” jawabnya. 

“Ooo... “Tapi, Bapak sekarang lagi di Majalengka. Sebulan sekali aplusan dengan saya.

” Teh Neng juga punya anak. Sebulan sekali, ia dan suaminya berjaga di warung nasi ini. Bulan berikutnya Bapak dan Ibunya yang datang ke Bandung, berjaga di warung kecil itu. 

“Kalau di Bandung, tidur di mana Teh?” tanya saya. Lantai warung ini semen. Kalau mau ke kamar mandi bagaimana? Pikiran saya, namun tidak tersampaikan. 

“Ya di sini. Hehehe.” Dia tertawa. Wajahnya masih cukup muda. 

 “Eh?” Saya kaget. “Apa tidak takut tidur malam-malam di sini.” Di luar sana, hanya ada pohon-pohon besar dan jalan besar yang selalu ramai oleh alat transportasi di siang hari. Entah kalau di malam hari. 

Pan aya suami," jawabnya dengan logat sunda yang cukup kental. Dia tergelak mendengar pertanyaan saya. 

 “Oh, iya ya. Sama suami ya.” Saya jadi lega. Membayangkan wanita berjilbab tidur di warung ini sebulanan. 

“Sekarang ada ronda, Bu,” katanya. 

“Oh begitu ya.” Lalu dia menunjukkan sebuah kertas berukuran A4 yang telah delaminating dengan plastik. Di sana tertulis, ‘JADWAL RONDA. KALAU TIDAK RONDA, BAYAR Rp. 100.000’. 

“Jadi sekarang lebih teratur ya, Teh,” kata saya. 

“Iya, Bu. Alhamdulillah. Sekarang juga ada musola kecil, tempat wudhu dan kamar mandi, Bu.” 

“Oya, di mana?” tanya saya. 

“Di ujung jalan ini.” 
“Wah enak juga ya. Selama jualan, ibadah tetap bisa dijaga.” 

Terakhir saya iseng bertanya,” Lapak sebelah punya Teh Neng?” “Bukan, Bu. Ada pemiliknya tapi sepertinya tidak sanggup bayar uang ganti pembangunan. Satu lapak itu sepuluh juta, Bu.” 

Glek. Kali ini saya super kaget. Soalnya ukuran sebesar warung rokok saja dibandrol sepuluh juta. Bagaimana dengan lapaknya Teh Neng yang luasnya dua kali lipat. Subhanallah. Terasa betul mereka ini berjualan demi hidup, bukan karena kelebihan uang. 

kamar mandi musala
Photo: Survei-5
lantai musala yang berkeramik
      

“Sekarang jumlah pembeli berkurang. Karena letak PKL digeser sekian radius meter dari aslinya. Menyebabkan para mahasiswa yang biasa makan ke sini lebih memilih ke tempat lain. Dia mengangguk. Setelah berbasa-basi dengannya, saya pamit dan membayar makanan yang tadi saya cicipi. Mie goreng dan telor mata sapi dibumbui pedas. Rasanya tidak seberapa, sepadan dengan harganya yang lima ribu rupiah. Tetapi, yang saya rasakan sejam di warung itu, adalah kegelisahan mereka ketika terjadi pembongkaran sangat besar. Seperti lapaknya Teh Neng ini, sudah enam tahun berdagang di sini. Di tempat yang sama. Bayangkan, bagaimana mereka menjadikan warung ini sandaran hidup. 

Dari hasil bincang-bincang dengan Teh Neng, bahwa pembongkaran oleh Satpol PP adalah suruhan Pemkot. Alasannya sudah jelas karena trotoar bukan tempat berjualan. Tetapi terasa janggal jika para PKL yang sudah nangkring di situ dalam jangka waktu minimal lima, enam atau bahkan ada yang puluhan tahun sudah berjualan di sini, baru sekarang dipaksa untuk berhenti berdagang. Kalau diibaratkan tanaman sudah berakar dan berurat di tanah, pasti menyakitkan jika disuruh angkat kaki. . Namun upaya dari pihak komunitas PKL ini ternyata berbuah hasil. Kata Teh Neng lagi, ada perwakilan dari mereka yang mendatangi pemkot. Mereka berjanji dengan swasembada uang (urunan), mereka membangun sendiri bentuk-bentuk lapak menjadi lebih berseni tradisional. Akhirnya, kini mereka kini tetap bisa melanjutkan melanjutkan mencari nafkah di sini. Selain itu , dengan bentuk lapak-lapak yang sangat berkesan tradional, menarik dan tertata rapi,  menjadikan sudut jalan yang tadinya kumuh, menjadi enak di lihat. 

Makan di pinggir jalan itu terus terang enak sekali. Bisa merasakan suasana berbeda tentunya dengan rumah sendiri. Apalagi kalau menemukan jajanan yang enak dan pas di lidah. Yang utamanya, harga ekonomis bisa jadi itulah daya tarik jajajan pinggir jalan yang utama.

Photo: Survei-3
Deretan bangunan dari bambu bergaya tradisional di salah satu sudut jl. Tamansari Bandung
Saat ini PKL harus bersaing dengan para pengemudi mobil. Banyak lahan publik yang biasanya dikuasai PKL, kini dipakai sebagai lahan parkir berbayar. Apa pun itu bentuknya. penggunaan lahan publik untuk lahan parkir sangat tidak manusiawi bagi pengguna jalan.

lahan yang seharusnya bebas kendaraan, akhir-akhirini dikuasai oleh tukang parkir . malam biasanya menjadi lahan PKL

  • LAIN PADANG LAIN BELALANG

Akhir tahun 2012, aku dan suami menyempatkan diri berkunjung ke negeri Gajah Putih, Bangkok. Hal pertama yang membuatku takjub adalah bentuk wajah orang-orang sana yang mirip sekali dengan wajah orang-orang Indonesia. Dan satu hal lagi yang paling membuat kota itu mirip dengan kota Jakarta atau Bandung (dua kota yang pernah saya tinggali lama), adalah keberadaan pedagang kaki lima. Jenis jualannya pun sama persis dengan yang ada di kita. Mulai dari sandang dan makanan.

Hanya yang terasa berbeda adalah luas trotoar. Kalau di kota tempatku tinggal, trotoar habis oleh jualan para PKL, di Bangkok para pejalan kaki-terutama wisman, masih bisa menikmati lahan trotoar dengan tenang. Tanpa perlu berdesak-desakan. Bahkan jadi obyek turisme yang paling digandrungi wisman maupun pribumi.

Aku berharap, PKL di tanah air benar-benar diperhatikan. Karena keberadaan mereka sangat membantu banyak pihak. Baik itu para pekerja, ibu rumah tangga, hingga anak-anak muda dan para bocah kecil.

Friday, May 03, 2013

Belajar Ngeblog dengan Digital Mommie, Semoga...

Hai teman. Saya sudah mulai menulis di Blog ini sejak tahun 2007-an. Itu pun tanpa sengaja dibuatkan seorang kenalan di du(nia)-ma(ya), namanya Teh Sophi Damayanti. Wanita cantik dan pintar ini sudah aku anggap kakak, karena dia adalah sahabat suamiku sendiri. Padahal umurnya lebih muda dari aku setahun or dua tahun.

Blog pertama tampilannya 'Japanese' banget. Aku jadi betah menuangkan sebanyak-banyaknya pengalaman tentang kehidupanku di Jepang. Apalagi ada kolom sapaan dari teman-teman yang sedang lintas blog.

Oya, aku sudah tinggal di Jepang sejak tahun 1997-2009. Dari berstatus singlet sampai beranak pinak. Jadi isi blogku beragam sekali. Tapi fokusnya tentang bagaimana sekolah di Jepang, serba-serbi Jepang sampai melahir dan membesarkan anak di Jepang. Beberapa informasi itu sudah terangkum dalam 6 buah buku hingga saat ini.

Lalu aku  lalai tidak merawat laman blogku. Soalnya waktu itu muncul Multiply. Loh bedanya apa? Bedanya...ssst, blog japaneseku kan bukan aku yang melay-out, bukan aku membuatnya. Tinggal pakai saja. Jadinya seperti nyewa rumah. Banyak tidak tahu bagaimana mengubah setting, dsb. Sedangkan MP, lebih mudah mengelolanya. Jadi lebih betah di sana.

Sayangnya MP sudah dipeti-eskan oleh foundernya hiks. Padahal sebagian besar kenanganku meresap di sana. Bahkan foto-foto selama di Jepang banyak tersimpan dan tidak mudah diselamatkan.

Sejak dua tahun lalu, passion berbagi ilmu, pengalaman apa saja yang aku punya semakin meningkat. AKu terdorong kembali menjenguk laman blog japaneseku yang terbengkalai. Oh, maafkan.

Kucoba mengikuti sebuah pelatihan blog online, ternyata aku berhasil mengubah lay-out. Tapi ternyata sudut untuk teman-teman berkomentar hilang. Kalau melihat jumlah postinganku yang ribuan, tetapi followers ku hanya 5, memalukan deh.

Di sini timbul kesadaran.  Aku mulai sadar bahwa selain menulis, aku harus pintar membuat blogku sendiri. Setiap kali blogwalking, aku melihat begitu banyak blog yang tampilannya menarik, isinya bermanfaat, penampilan foto-fotonya keren, dan pengikutnya banyak sekali. Aku ingin bisa seperti mereka.

Blog-blog itu bahkan memasang 'joint site' , grafik followers dan tempat menempelkan jempol kita alias like. Selain itu bisa tersambung dengan Facebook, twitter, dan banyak lagi. Waduh makin galau aku. Wong ngurus satu blog aja belum bisa, apalagi memahami hal-hal lain. TULUUUNG....

Sekarang aku mengalami musibah. Blog japaneseku yang kini berubah jadi  'green blog' (karena warnanya hijau dan gambar ilalang), sepertinya kerasukan virus. Setiap kali log-in/sign-in, pasti passwordku ditolak terus. Jadinya tiap kali masuk harus bikin password baru. Hadeeeuh apalagi ini ya? Aku takut sekali harta karun berupa tulisan-tulisanku hilang dimakan si virus. Dan aku tidak tahu harus bagaimana. TULLLUNNGGG...

Ditengah kegalauan ini, aku menemukan informasi bahwa Mbak Mira Julia, founder DIGITAL MOMMIE memberikan kesempatan untuk belajar ngeblog gratis. Tapi cuma 3 kursi. Waduuh, pasti peminatnya banyak dong. Aku hanya berdoa dengan curhat begini, Mbak Mira mau memilihku jadi salah satu peserta yang lucky. Aku bertekad akan belajar mulai dari merencanakan blogging, hingga belajar tampilan dan merunningnya. Aku bertekad jika berhasil menguasainya, maka aku akan sharing ilmu itu sebanyak-banyaknya kepada orang lain.

materi-belajar-blogger
dari: http://im.digitalmommie.com/giveaway-workshop-belajar-membuat-blog-gratis/


Ada banyak cerita yang ingin aku sharing pada rumah baruku nanti. Kalau bisa dikelompokkan seperti ini. Misalnya:
1. Know how sekolah ke Jepang,
2. Parenting,
3. Kepenulisan karena aku kadang-kadang punya kesempatan ikut workshop menulis di kotaku,
4. Review buku dan film,
5. Dan menampilkan karya-karya dan karya teman-teman lainnya.

Semuanya bisa dilihat di satu blog tapi seperti membuka file. Dan aku juga ingin punya ruang untuk berkomunikasi dengan banyak orang. Waduh banyak maunya ya aku ini.

Ada dua rencana besar yang ingin kubuat lewat blog baru nanti. Yakni,
1. Berbagi ilmu pengelolaan sampah yang pernah aku tekuni di Jepang dulu.
2. Yang satunya lagi, berbagi pengalaman travelling ke berbagai kota/negara yang sudah mulai kucicil satu per satu.

Demikianlah, permohonanku. Semoga ALlah swt mengabulkan dan Mbak Mira memberiku kesempatan. Amin. Aku juga berdoa agar Mbak Mira menambah special seat buat teman-teman lain yang berminat. Kalau Mbak Mira tinggal di Bandung, pasti sudah kudatangi untuk belajar. Hahaha.

DMbannerGiveaway






[Review] FILM '9 SUMMERS 10 AUTUMS' (dari kota apel ke big apple)


Assalamu'alaykum wr wb.
Halo para pecinta film. Hari ini Nobar film judulnya di atas. Nah, bagi yang penasaran aku bagi ya hasil laporan pandangan mata.

Siapa yang belum baca novel '9 Summers 10 Autums'. Novel ini ditulis oleh Iwan Setyawan. Isinya tentang pengalaman dia sebagai anak tukang angkot yang hidup pas-pasan, ternyata dengan ketekunannya belajar dia bisa menembus kota Big Apple, New York.

Aku sudah membacanya sekitar setahun yang lalu. Secara pribadi aku memang menyukai novel yang 'ada isinya' dan 'menginspirasi'.

Nah, pas dua hari yang lalu  ada poster nonton bareng film ini yang dipasang di pintu masuk Indomaret dekat rumah, langsung saja pesan 3 tiket. Pengennya pesan 5 tiket, untuk aku, suami dan tiga anak. Tetapi, pas lihat jadwalnya untuk wilayah Bandung hanya ada tanggal 3 Mei dan jam 12 siang. Itu jatuhnya hari kerja, jumat pula. Suamiku ya tidak bisa mabur! Bukan mabur dari tugasnya di kantor, tapi kewajibannya sebagai laki-laki muslim.

Akhirnya, aku, Alma (si sulung) dan Tiara (si tengah) pergi bertiga. Awalnya kami sudah datang sejam sebelum acara nobar dimulai. Kami datang ke Bioskop di Chiwalk (Bandung lah), sesuai dengan pesan iklan. Anehnya ternyata di situ nggak ada! Kata mbak-mbak penjual tiket nonton di sana, acara nobarnya pindah ke Bandung Indah Plaza. Ya Allah, sampai deg-degan. Waktu itu jam sudah 11:54. Padahal acara nonton dimulai jam 12 teng. Sambil mewanti-wanti dua bocahku untuk lebih gesit mengikuti langkah-langkah bundanya yang setengah terbirit-birit, kami naik angkot. Taksi tidak ada, ojek apalagi. Maklum lagi pada salat jumat. Untung nyampe juga di BIP. Itu pun dengan hati ikhlas, kalau telat ampe sejam. Kasihan ngeburu-buru anak-anakku yang langkah kakinya masih pendek-pendek.

Nyampe di situ, OMG, ternyata jam tayang digeser jadi jam 14:35. Mantap deh! Bersyukur karena tidak telat, tapi jadinya bengong dong hampir 2 jam. Alasan pihak panitia, ada renovasi bioskop di Chiwalk, dan perubahan tempat acara sudah mereka woro-woro di twitternya official mereka. Alamak! Itu mah salah aku dewek. Maklum tahu ada nobar aja dua hari yang lalu. Nggak sempat merhatiin alamat twitter or fb official mereka. twitter @9S10ATheMovie. FB: 9 Summers 10 Autums The Movie

Ya bersyukur. Akhirnya salat duhur tidak hilang, anak-anak pun masih bisa main.




Tepat jam 14:35, tontonan pun dimulai. Oya sebelum itu, aku minta tanda tangan Dira Sugandhi, artis Bandung yang bermain di film ini sebagai tokoh Isa, Kakaknya Iwan. Dan sempat bincang-bincang dengan salah satu anggota tim producernya. Buat masukan juga ke aku.

Pemain
Pemain utama dalam film ini diperankan oleh Ihsan ‘Idol’ Tarore Film ini diperkuat oleh sederet aktor dan aktris ternama antara lain: Dira Sugandi, Alex Komang, Agni Pratistha, Hayria Faturrahman, Dewi Irawan. Selain itu juga diperkuat bintang pendatang baru, Shafil Hamdi Nawara sebagai Iwan kecil. 

Ini reviewku ya:

Cerita dimulai dari kisah tokoh utama Iwan Setyawan (diperankan oleh Ihsan ‘Idol’ Tarore) yang baru tiba di kota big Apple, New York. Tampangnya culun, penampilannya sangat sederhana. Ketika dia naik kereta, dia menemui musibah. Seorang pria negro merampas dompetnya. Iwan dewasa tak bisa berbuat apa-apa. Sifatnya memang lembut. Saat itu tampak Iwan ketakutan besar dan berjongkok di lantai kereta tak berdaya. 

Lalu kisah pindah ke tahun 1974, ketika ia lahir ke dunia. Kelahirannya ternyata sudah ditunggu-tunggu oleh sang Bapak. Bapak memang sudah menginginkan anak laki-laki dari rahim istrinya. Sebelum Iwan lahir, sudah ada dua kakaknya. Keduanya perempuan. Salah satunya Mbak Isa, anak tertua yang kelak menjadi salah satu pendukung Iwan untuk maju dengan mengalah untuk tidak kuliah.


Cerita berpindah-pindah dari masa Iwan kecil, ke masa Iwan dewasa di New York.


Beberapa poin penting yang aku catat:

1. Iwan kecil yang dipanggil 'Bayek', dididik penuh kelembutan oleh Ibunya. Ia tumbuh jadi anak yang tidak seberani laki-laki pada umumnya. Misalnya, Bayek tidak berani melawan temannya yang membullynya. Ia juga tidak berani duduk di kelas pada hari pertama sekolah dasar. Dia maunya Ibu selalu mendampinginya. Bayek juga sempat lari dari panggung karena canggung. Saat itu dia terpilih mewakili sekolahnya untuk mengikuti lomba menyanyi Porseni. 

2. Ketekunan sang Bapak. Bekerja sebagai supir angkot, telah membuat Bapak gerah melihat Bayek malah memilih duduk di dapur hendak membantu Ibunya memasak. Bapak menarik Bayek dan menyiramkan air berkali-kali ke badannya seraya berkata,"harus jadi lanang (laki-laki), harus jadi lanang (laki-laki)." Namun, dibalik ke'garangan' sang Bapak, ternyata diam-diam sifat gentle dan ingin membahagiakan anak lanangnya justru sangat besar. Misalnya, ketika Bayek ingin sepeda BMX, sang Bapak mencarikan sepeda untuknya. Meski pun dia mampu membeli sepeda bekas yang sudah karatan. Di lain momen, Bapak menentang Iwan muda untuk kuliah ke IPB. Dia khawatir kalau dia meninggal, Iwan tak ada di rumah, maka bagaimana nasib Ibu dan empat saudaranya. Namun keteguhan hati Ibu mendukung Iwan jadi orang berpendidikan, akhirnya mengalahkan hati Bapak. Bahkan Bapak diam-diam menjual angkotnya seharga 6 juta, lantaran dia melihat coretan kalkulasi pengeluaran Iwan jika kelak kuliah di Bogor.


Momen-momen seperti ini membuat kesan mendalam dalam diri saya sebagai penonton, sekaligus orangtua.


3. Iwan dewasa tumbuh jadi anak yang santun, tidak pernah berkata keras kepada orangtuanya, berkeinginan kuat untuk lepas dari kemiskinan, dan yang paling hebat adalah Iwan tak lupa pada akarnya. Yakni, keberhasilannya menjadi Direktur di New York, adalah karena muara cinta kasih Bapak dan Ibunya yang tak bertepi. Selain itu Iwan juga selalu ingat kepada keempat saudaranya yang rela tak kuliah, hanya agar uang rumah tangga bisa dialihkan untuk membayar uang kuliah Iwan di IPB.


4. Film ini bergulir dengan untaian visualisasi yang pelan dan tidak terburu-buru. Jadi enak sekali menikmati ekpresi Iwan ketika ia keterima bekerja di New York. Atau ketika semasa kecil, dia sangat memendam beragam keinginan untuk memiliki benda-benda seperti teman-teman sebayanya.


5. Adegan pada film ini menggambarkan Iwan dewasa berdialog dengan sosok dirinya berseragam SD. Menarik sekali cara penyampainnya. Misalnya, Iwan dewasa bertanya pada Bayek, "Kamu ngapain ada di New York sini?" Bayek menjawab,"Ibu, Mas, Ibu. Ibu kangen dan khawatir padamu." Padahal itu dirinya sendiri.


6. Iwan mendedikasikan kehidupannya yang telah sukses itu untuk Bapak. Tentunya saja kesucian hati ibu dan keempat saudarinya tak pernah dia lupakan.


7. Satu poin saja dari aku sebagai pembaca. Bahwa, keberhasilan manusia bukan semata karena kemampuannya. Karena di atas itu kita punya Allah swt yang meridhai usaha kita. Hal ini tampaknya kurang tersampaikan ke dalam film. 


8. Sepanjang film bergulir, banyak filosofi-filosofi Iwan yang bagus untuk disimak. Misalnya:

8.1. Cinta Bapak dan Ibu bagai samudra tak bertepi.
8.2. Masa lalu itu jangan ditakuti, tapi untuk dimengerti dan dipahami. 
8.3. Kesuksesan itu adalah mengatasi rasa takut.
8.4. Tidak penting darimana asalnya kita, tetapi yang utama adalah kita tahu kemana kita akan melangkah.

Aku beri 1000 jempol untuk film ini. Film yang bebas umbar aurat meski pun ada unsur love scenenya. Juga tidak mengumbar amarah antara orangtua kepada anak atau sebaliknya. 

TIDAK NONTON, MENYESAL!
Terutama kepada para ayah muda, bisa belajar menjadi ayah yang keras tapi bijaksana kepada anak laki-lakinya. 


Sunday, April 28, 2013

[BERBAGI] BERBISNIS ITU MUDAH LOH! (dari seminar IIDB, Bandung)



























Hai teman-teman. Aku mau berbagi info tentang berbisnis. Tapi maaf banget, karena catatan ini tidak aku olah lagi. Semuanya sesuai dengan yang kurangkum di acara. Tidak sempat dibenahi dengan kalimat-kalimat lebih panjang lagi. Semoga masih bisa dinikmati ya.



 "Mengedukasi dan Menginspirasi- Temu Komunitas Ibu-Ibu Doyan Bisnis "
Women in Business (MomPreuneur)
FB :IIDB
Sabtu, 27 April 2013 Graha Bank Mandiri, Jl. Soekarno hatta (batununggal), Bandung-Jawa Barat Indonesia
*nyesel nggak bawa kartu nama.
*hang out di tempat seperti ini sangat membawa manfaat, berupa ilmu, trading, dll.

Tema: 1. Mencari ide usaha,
           2. Mencari modal,
           3. Memasarkan/marketing.

Pembukaan • Ibu Ani Hadiyono, istri dari pejabat Bank Mandiri.

Wanita Indonesia sudah semakin cerdas dan mau mengembangkan potensial dalam berbisnis. Untuk itu jika ingin berbisnis, haruslah sungguhan. Karena itu pelajarilah ilmunya melalui workshop ini. Jaman dulu kesempatan berbisnis masih sangat terbatas. Namun jaman sekarang, teknologi semakin canggih untuk berbisnis antar kota, bahkan antar negara. “Marilah wahai Wanita Indonesia, kita berkarya.”
 
 • Narasumber-1 INDARI MASTUTI
Inspiring Woman Nova 2011 dan Wirausaha Muda Mandiri 2011 *maaf kalau salah ketik

Photo: Buat resensi di blog-1
Mbak Iin, dengan penuturannya yang benar-benar 'menginspirasi'


 “BISNIS ITU MUDAH”

Hobi menulis, 1996 mulai debut menulis. Brand, Inscript Creative. Hobi beli sepatu, lalu dibisniskan. Dan sangat enjoy karena selain menghasilkan juga bisa dikembangkan.

Kenapa bisnis itu tidak mudah?
1. Mengatur WAKTU, Anak bangun, sakit, minta dilayani, tapi bersamaan order masuk. Pebisnis wanita kebanyakan sekarang berbisnis dengan cara online, misalnya FB/T/BBM, dll.
 2. Wanita berbisnis yang mengikuti suami pindah2 tempat bekerja (KELUARGA) , terkadang harus mengorbankan bisnisnya (bisnis tutup).
3. Perlu modal. Mbak Iin (panggilan Indari) tidak mencari modal, tapi menjual IDE /SKILL.  Dimulai  dengan hobi masak  misalnya catering. Jika orang berbisnis dari hobinya maka akan berjalan lancar, tetapi jika tidak maka akan menemuni hambatan, hingga akhirnya tutup.
Contoh dari peserta yang hadir yakni Ibu Mercy (jakarta) seorang pebisnis mutiara. Awalnya dari jualan boneka. Lama kelamaan menerima berbagai permintaan.

MODAL Yang HARUS dimiliki:
1. Niat,
2. Kemauan, Sebaiknya dimulai hobi.
3. Target yang Jelas, Target tiap bulan jangan mencekek, bertahap tapi konsisten dan terus meningkat. 4. Kemampuan Anda sendiri. Meningkatkan pengetahuan di bidang yang kita miliki dengan banyak belajar. Menelorkan inovasi-inovasi baru. Baca pasar. Online. Googling. Belajar dengan orang-orang yang sudah berbisnis duluan.

Yang perlu dilakukan dalam berbisnis:
1.  Praktik, Coba bikin, ajukan kebanyak orang (tester), dianggap tidak enak, bikin lagi.
2. Rencana Bisnis,
3. Action! MANAJEMEN “ACTION”

Wanita yang berbisnis harus pintar mengatur waktunya. 
1. Tidak boleh begadang.
2. Pagi-pagi untuk servis anak.
3. Anak-anak pergi, kita online.
4. Anak pulang makan siang bareng.
5. Maka manajemen waktu harus didiskusikan dengan suami.
6. Ketika Ibu pebisnis harus pergi keluar rumah, siapa yang handle urusan rumah tangga siapa?

MANAJEMEN “UANG” dibagi menjadi:
1. Uang dapur,
2. Uang bisnis,
3. Gaji diri sendiri.

Kesalahan ibu rumah tangga adalah MENCAMPURKAN SEMUA UANG:
Kebanyakan profit sendiri pasti untuk beli hal-hal yang bersifat pribadi.

 Agar bisnis ibu rumah tangga berkembang , maka:
1. Bedakan uang dapur dan uang bisnis.
2. Gaji diri sendiri! Misalnya, 10% dari profit.

MANAJEMENI “Stress” Kalau untung, senyum. Kalau rugi, stress. Seolah-olah bisnis itu harus selalu untung, tidak boleh rugi. Padahal, bisnis itu dari sekian kali berjalan, biasanya hanya sedikit untung banyak rugi. Karena itulah kita harus memajemeni “stress” anda.

MANAJEMEN PIKIRAN :
1. Family Time,
2. Me Time,
3. Business Time. Ketiga waktu ini harus dikelola dengan baik agar usaha kita berkembang.

AGAR BISNIS BERJALAN.
1. Bisnis harus punya MENTOR. MENTOR = SAHABAT. Untuk pebisnis dengan profit 5 juta, bisa minta pendapat mentor yang omsetnya sudah 25 jt, dstnya.
 2. RIVAL = patner. Jangan menganggap pesaing itu rival saja, tapi mereka juga patner untuk membaca kekurangan diri kita sendiri.
3. RUGI = Untung. Harus bisa menerima rugi . Jangan terlalu jingkrak-jingkrak kalau dapat untung. 4. GAGAL = sukses. Akrabi kegagalan, sekaligus kesuksesan.
5. HATI < Profesional. Jangan masukkan saudara, teman dan sahabat.
6. MALU harus lebih kecil dari BERANI

Pertanyaan dari peserta:
1. Banyak sekali tips2 bisnis. Dan itu terkesan mudah. Tapi yang paling sulit adalah mendapatkan tips2 ketika bisnis kita drop.

Jawaban dari Mbak Iin:
 Mbak Iin pernah drop. Biasanya per bulan 250 juta/bulan. Dia merasa dengan keuntungan itu bisnisnya keren. Tapi dia lupa melihat kondisi di sekelilingnya. Iklim bisnis berubah. Iin memPHK karyawannya besar-besaran. Beberapa karyawan dipertahankanya, tapi akibatnya dia menghutang. Akhirnya, dia membangun jaringan pertemanan, maka muncullah IIDN. Kemudian, dia mulai ikut kompetisi agar dapat uang penutup hutang. Mbak Iin juga general check-up bisnisnya ke banyak kompetisi. Pesannya, jika bisnis kita ngedrop jangan jadi lemah. Pebisnis harus kuat demi menyelematkan bisnisnya, keluarganya dan dirinya sendiri.

*sampai di sini dulu, besok-besok dilanjut para catatan narsub ke dua.
Lgya Pencaduhujan (Miminya IIDB), dakyu dan Mbak Iin (owner IIDN dan IIDB)